RSS

Tulisan 4



MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

Cahaya sang mentari pagi yang menyapa warga hutan ‘nduwur’ (salah satu hutan lebat yang konon di puncak gunung merbabu di jawa tengah) di temani seekor katak yang membawa kabar dari istana kerajaan. Mendadak seluruh warga hutan kumpul di hadapan sang katak. Ada kambing-kambing yang belum mandi, rusa yang belum sikat gigi, jerapah, badak, hingga bangsa burung yang tampak masih kelelahan langsung gather together. Sang katak memulai warta yang ia bawa dari istana kerajaan hutan, “saudara-saudara sealam, saya membawa kabar dari istana kerajaan, bahwa hari ini Racan alias Raja Hutan Macan (Harimau) akan mengadakan pidato di Istana Kerajaan. Beliau akan membahas menipisnya supply rumput atau makanan untuk warga hutan Nduwur ini. Diharapkan setiap
kelurahan mengirim satu perwakilan untuk hadir”. Dalam kerajaan hutan Nduwur ini, memang Raja Hutan harimau berbeda dengan harimau-harimau di cerita lain (beda boleh donk!), Raja yang amat bijaksana dan dikabarkan sering kurang tidur memikirkan rakyatnya yang semakin hari semakin sulit mencari penghidupan. Maka berangkatlah perwakilan dari masing-masing kelurahan, ada Dara gambir dari kelurahan merpati, ada Mio dari kelurahan Kucing hutan, dan ada pula Rato (Dari kata bahasa Inggris Rat= Tikus) dari kelurahan Tikus hutan, yang masih ada hubungan darah dengan beberapa pejabat istana. Seperti biasa, pidato dibuka dengan pembacaan ayat-ayat suci Alqur’an (Rupanya para binatang juga tidak kalah dengan bangsa manusia). Diteruskan oleh Menkokeshut (Menteri kordinasi dan kesejahteraan hutan) Dr. Beru, M, Ph. Yang mengawali pemaparan tentang semakin menipisnya bahan makanan di Hutan Nduwur. Singkatnya, mengajak agar warga hutan bisa lebih hemat, cermat dan tepat, agar persediaan tidak cepat habis sampai baiknya planning RAPH (rancangan anggaran perbelanjaan hutan).

Diteruskan kemudian pidato oleh sang Raja yang segera naik ke mimbar. Postur tubuhnya yang gagah dan bijaksana, dihiasi dengan raut matanya yang jelas tampak kurang tidur.
“Saudara-saudara sehabitat yang berbahagia, kita tahu dengan menipisnya bahan makanan di Hutan Nduwur ini, akan semakin memperburuk kehidupan sehari-hari. Maka, kami sengaja mengundang saudara-saudara agar tahu lebih jelas keadaan didalam kerajaan sendiri, supaya saudara-saudara tidak berburuk sangka kepada kami. Sungguh saudara-saudara…”. Belum selesai pidato, sang raja di kagetkan dengan suasana para pejabat istana yang tidur dalam forum. “Yang di sana (sambil menunjuk) mohon jangan mengganggu jalannya acara! Kalau anda ingin tidur, silahkan tidur diluar!’ para pejabat langsung terhenyak, ada yang pura-pura nulis, ada yang pura-pura membersihkan kacamata. “Anda disaksikan para warga hutan disini. Braakk..!!(sambil menggebrak mimbar) Jangan main-main dengan tanggung jawab! Saudara dipilih oleh rakyat! Saudara digaji oleh rakyat! Saudara-saudara tidak malu dengan para warga? Saudara-saudara adalah figur bagi mereka!”. Sejenak sang raja menghela nafasnya. “Para warga hutan yang berbahagia, mohon maaf dengan sedikit intermezzo seperti ini. Baiklah, saudara-saudara se-Alam yang berbahagia, untuk ini kami dari instansi kerajaan sedang merencanakan RAPH yang baik demi kemakmuran dan kesejahteraan semua warga hutan…” Pidato selesai dengan ditutupnya majlis oleh Mc dengan pembacaan hamdalah bersama-sama (mirip kayak manusia yak?).


“Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani” = di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat dan di belakang memberikan daya kekuatan.

* Pidato presiden SBY 10 april 2008, menegur pejabat yang tidur dalam forum.

0 komentar:

Posting Komentar